Mengatasi Rasa Insecure Para Ibu

26 November 2020

Sejak Jadi Ibu, Aku Takut Salah Ambil Keputusan.

Apakah ini yang dinamakan Insecure?

Ibu telah melakukan hal terbaik yang ia bisa. Semua Ibu, pasti akan merawat anaknya sebaik mungkin. Setiap Ibu akan berusaha membesarkan anaknya, membuat keputusan yang tepat, dan mencintainya dengan sangat tulus. Meski sudah berusaha dengan sekuat tenaga membesarkan dan mengasuh anak-anak, banyak Ibu yang merasa kurang maksimal. 

Pertanyaan-pertanyaan “insecure” pun mulai muncul : 

  • “Popok kain itu tidak nyaman, tapi kan popok sekali pakai mengandung bahan yang kurang sehat?”
  • “Apakah bayi harus tidur terlentang atau tengkurap?”
  • “Bagaimana kalau ASInya kurang?”
  • “Apakah vaksin ini perlu atau tidak ?”
  • “Dia seharusnya tidur nyenyak sekarang, tapi kok masih rewel?”
  • “Apakah makanannya cukup? Atau perlu menambahkan makanan lain?”

Dan masih banyak lagi daftar perasaan “tidak aman” yang dirasakan oleh para Ibu. Maka, wajar jika hal-hal tersebut membuat para Ibu mengalami perasaan insecure yang luar biasa.

Dari mana datangnya perasaan insecure tersebut?

Perasaan insecure tercipta oleh cara seseorang memproses opini pribadi dan komentar orang lain. Bukan dari isi komentar itu sendiri. 

Di ​​mana Ibu menemukan rasa “Secure”? 

Kebanyakan Ibu menemukan rasa “secure” dengan cara mencari pembenaran atas komentar di ruang publik. Seorang Ibu meyakinkan diri sendiri hingga merasa bahwa ia adalah Ibu yang sempurna. Kebanyakan Ibu, ingin semua orang menyukai pilihannya dalam hal pengasuhan sebagai orang tua. Ia ingin semua orang mendukung pilihan pengasuhannya. 

Sampai saat ia mendengar komentar publik tentang dirinya. Apabila komentar yang Ibu dengar tidak sesuai dengan ekspektasinya maka seorang Ibu akan merasa bahwa “aku adalah ibu yang buruk.” Proses panjang inilah yang akhirnya menghasilkan perasaan insecure pada Ibu.

Jadi, bagaimana cara mengatasi rasa insecure para ibu? Berikut adalah beberapa langkahnya:

  1. Bersikaplah terbuka

Kita harus menjadi orang pertama yang mengakui bahwa tidak semua hal bisa kita ketahui. 

Bersikap terbuka dalam mengasuh berarti mengakui bahwa, meskipun kita melakukan yang terbaik yang kita bisa dengan informasi dan sumber daya yang dimiliki, kita tetap tidak bisa menguasai segalanya.

  1. Tumbuhkanlah Rasa Ingin Tahu

Ajukanlah banyak pertanyaan. Berusahalah untuk memahami opini alternatif saat orang lain memberikan penilaian. Kita tidak harus setuju dengan komentar orang lain. Cobalah mengajukan pertanyaan yang bijaksana dengan maksud untuk saling memberikan pemahaman.

Keingintahuan membuat kita terus belajar, membuat kita tetap rendah hati (menempatkan orang lain di atas diri kita sendiri), dan memungkinkan kita untuk saling menghormati.

 

  1. Bersikaplah Cerdas

Kebohongan apa yang Anda percayai? Identifikasilah kebohongan-kebohongan itu.

Salah satu mentor hebat pernah mengatakan bahwa kita perlu “membersihkan laci kebenaran” secara teratur. Kita semua punya satu laci yang penuh dengan hal-hal yang kita anggap benar. Tapi ternyata sebenarnya kita menyimpan hal-hal yang tidak benar.

“Saya menjadi orang tua yang buruk jika seseorang tidak setuju dengan sesuatu yang saya lakukan” adalah salah satu kebohongan yang muncul. “Apa yang Anda simpan di laci kebenaran yang seharusnya tidak ada di sana?”, “Bagaimana hal itu mempengaruhi Anda?”

Mari temukan jawaban dari pertanyaan tersebut dan berusahalah untuk membersihkan laci kebenaran secara teratur.

  1. Memaklumi Kegagalan

Kadang-kadang kita merasa gagal menjadi orang tua. Seakan anak tidak memiliki sosok ibu yang sempurna. Kadangkala sebagai orang tua, kita juga pernah salah mengambil keputusan untuk anak-anak.

Mungkin saja Anda bingung harus menentukan :

Apakah anak harus makan makanan organik? Apakah anak harus mengambil les di luar jam sekolah? Atau membiarkan anak bermain smartphone?

Satu hal yang perlu Anda ingat, kita semua sedang berproses. Dan itu tidak apa-apa. 

Karena  “pasti ada hal dimana saya tidak sempurna, dan saat saya salah mengambil keputusan.” Saat itu terjadi, fokuslah pada penyelesaian masalah dan bukan hanya pada rasa bersalah.

  1. Atasi Perasaan Bersalah

Perasaan insecure dekat dengan perasaan bersalah bagi seorang Ibu. Hal ini wajar terjadi khususnya bagi para Ibu baru. Namun, perasaan bersalah seorang Ibu wajib diakhiri. Tujuannya, agar Ibu tetap sehat mental dalam perjalanan panjang menjadi orang tua.

Menjadi ibu memang membuka kebahagiaan-kebahagiaan baru dalam diri kita, namun juga mendatangkan ketakutan baru dalam diri Ibu. 

Baca Juga:

  1. 10 Panduan Tidak Kehilangan Akal Sehat saat Menjadi Ibu
  2. Untuk Para Ibu yang Kelelahan
  3. Apa yang Kau Takutkan Bu? Menjadi Ibu adalah Menjadi Berani!
Bagaimana Menurut Anda?
+1
9
+1
1
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket