Resiliensi: Ketahanan untuk Melewati Masa-Masa Sulit

Pernahkah Anda melihat seorang anak mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya dan menyerah begitu saja karena mereka gagal dan sepertinya itu terlalu sulit? 

Sementara ada juga anak lain, yang ketika ia gagal tetapi kemudian mencoba lagi, sampai beberapa kali, hingga ia berhasil melakukannya. 

Kondisi ini mengingatkan kita ketika berenang atau naik sepeda untuk pertama kalinya. Terkadang sulit menemukan keinginan untuk berusaha. Keinginan untuk berusaha dan berkembang inilah yang disebut sebagai resiliensi. Jadi, bagaimana kita mengajar anak-anak untuk mengembangkan kemampuan yang begitu berharga di era digital, era yang seringkali serba instan ini?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami lebih detail tentang “Apa itu Resiliensi?”

Resiliensi adalah kemampuan kita untuk mengelola tantangan dan kemunduran dalam hidup dan kemudian kembali dari kesulitan ini ke keadaan normal atau lebih baik lagi serta menjadi lebih kuat melalui pengalaman itu.

Resiliensi bukan sifat karakter yang melekat, tetapi lebih merupakan respons terhadap kesulitan yang memanfaatkan kekuatan serta beberapa keterampilan sosial emosional yang ingin dicapai. 

Penelitian menyatakan :

“Tampaknya ada berbagai faktor yang dapat berkontribusi pada ketahanan pada anak-anak di berbagai domain ekologi sosial. Pada tingkat individu, faktor-faktor seperti regulasi emosi, keterampilan kognitif, empati atau pandangan positif telah dikaitkan dengan hasil dari resiliensi”.

Penentu keberhasilan dari resiliensi ini dapat dipelajari, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, karena otak mereka bertumbuh dan berkembang pesat – yang membuat masuknya informasi menjadi lebih mudah. 

Resiliensi selalu menjadi kemampuan yang penting untuk diajarkan kepada anak dan remaja agar mampu menghadapi kehidupan sehari-hari.

Cara mengajarkan resiliensi pada anak

Resiliensi digambarkan sebagai kemampuan pesawat untuk melewati cuaca buruk dan mencapai tujuannya. Hal ini bergantung pada:

  • Pilot (anak)
  • Co-pilot (keluarga anak, teman, guru, dan profesional kesehatan)
  • Jenis pesawat (karakteristik individu anak seperti usia dan temperamen)
  • Peralatan yang tersedia untuk pilot, co-pilot dan awak darat
  • Parahnya dan lamanya cuaca buruk.

Berarti, kita semua dapat membantu anak-anak menjadi lebih tangguh dan kabar baiknya adalah, Parents tidak harus melakukannya sendiri. Parents dapat meminta orang dewasa lain seperti pengasuh dan kakek nenek untuk membantu. 

Membangun resiliensi anak-anak adalah urusan semua orang, dan tidak ada kata terlambat atau terlalu dini untuk memulainya.

Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak mengembangkan resiliensi?

  • Bantu anak memiliki sikap yang positif
  • Kembangkan kemampuan self-regulation pada anak 
  • Ajarkan mereka untuk merasa nyaman dengan diri sendiri
  • Jadilah keluarga yang suportif
  • Ajarkan mereka membantu orang lain atau ‘membalas budi’
  • Kembangkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah dan mengatasi tantangan
  • Ajarkan cara berkomunikasi yang baik dengan orang-orang di sekitar 

Nah, sudahkah Anda siap mengajarkan anak tentang resiliensi? Beberapa tahapan di atas bisa Anda coba terapkan pada anak-anak untuk membangun resiliensi.

Baca Juga:

  1. Saat Anak Mengatakan “Aku tidak Bisa Melakukannya”  
  2. Mengajarkan Problem Solving, Coba Langkah Ini!
Bagaimana Menurut Anda?
+1
7
+1
2
+1
0
Share with love
Member Premium SOP Member Premium SOP

Gabung Member Premium

Mulai perjalanan memahami emosi diri dan keluarga

Nikmati akses Kelas Video Belajar kapanpun & dimanapun

Gabung Sekarang

Sudah Member Premium? Masuk Di Sini

Contact Us School of Parenting
×

Info Masa Keanggotaan

Perpanjang Paket