Ketika trauma terjadi pada seseorang, DNA merespon dengan mengaktifkan gen untuk membantu mereka bertahan hidup saat stres. Gen yang membuat kita siap untuk hal-hal seperti melawan, lari, diam, atau tetap tenang, akan aktif untuk membantu kita siap menghadapi situasi berbahaya di masa depan. Gen-gen ini kemudian diwariskan ke keturunan kita untuk mempersiapkan mereka menghadapi trauma. (Rabinowics dalam "How many genes does it take to make a human being?"

Genetik kita melakukan pekerjaan yang baik untuk menjaga kita tetap aman, namun selalu ada yang “dibayar” untuk kondisi itu. Ketika gen dipersiapkan untuk peristiwa stres atau traumatis, mereka merespons dengan ketahanan yang lebih besar, tetapi keadaan antisipasi bahaya yang terus menerus ini menjadikan stres dan berdampak pada kesehatan mental serta fisik kita. 

Kondisi ini mungkin tidak kita sadari karena jauh terpendam di alam bawah sadar kita. Mungkin dulu ada nenek moyang kita yang berada dalam survival mode, sehingga DNA nya terbentuk demikian hingga diturunkan ke kita. Lantas, bagaimana kalau kita adalah generasi yang tak sekuat nenek moyang kita? Bagaimana kalau kita adalah generasi yang paling rapuh dari generasi-generasi sebelum kita? Mungkinkah akan berdampak pada kesehatan mental dan fisik kita? Untuk mengetahuinya, ikuti acara kolaborasi School of Parenting & Halodoc ini. Di sini kita akan mengupas tuntas tentang transgenerational trauma. 

• Semua orang yang ingin mengenali Transgenerational Trauma

• Semua orang yang ingin memahami dampak Transgenerational Trauma baik dari kesehatan mental dan fisik

• Mengenal Transgenerational Trauma serta Gejala yang menyertai

• Penyakit yang timbul dari pikiran dan emosi, serta treatment pencegahan dan pengobatannya

• Indri Putri Waskithasari, M.Psi.,Psikolog (Psikolog Klinis, Mitra Ahli School Of Parenting)

• dr. Anna Amaliana Sp.KJ (Psikiater, Health Expert Halodoc)